Minggu, 12 Februari 2017

Masjid Hijau (Yesil Cami) Bursa, Turki

Masjid Yesil atau Masjid Hijau di kota Bursa, Turki, merupakan salah satu masjid tertua di Turki. Denah masjidnya tidak umum digunakan dengan denah seperti hurup T terbalik. Ekteriornya menggunakan batu marmer sedangkan interiornya dipenuhi dengan keramik hias buatan tangan.

Tentang kota Bursa tempat masjid ini berdiri telah di ulas dalam posting terdahulu berjudul “Masjid Agung Bursa”. Di bekas ibukota Negara Emperium Usmaniyah ini juga terdapat sebuah masjid tua bersejarah bernama Yesil Cami, atau dalam Bahasa Indonesianya “Yesil” berarti “Hijau”, sedangkan “Cami” (dibaca Jami’) secara harfiah bermakna “Masjid Jami’” karena untuk bangunan mushola atau masjid kecil biasa disebut dengan “Mescid”. Sehingga Yesil Cami secara harfiah dalam Bahasa Indonesia bermakna “Masjid HIjau” atau dalam Bahasa Inggris disebut “Green Mosque”.

Penyebutan Yesil Cami atau Masjid Hijau atau Green Mosque ini berkaitan dengan warna interior masjid ini yang di dominasi warna hijau dan toska. Sama halnya dengan Masjid Sultan Ahmad di Istanbul yang lebih kenal dengan sebutan sebagai Blue Mosque karena langit langit interiornya yang di dominasi warna biru. Yesil Cami atau Green Mosque berdiri di atas sebuah bukit di kota Bursa, di tempat yang kini juga dikenal dengan kawasan Yesil atau kawasan Hijau. Meski demikian, masjid ini juga kerap kali disebut sebagai Masjid Mehmet I merujuk kepada nama pembangunnya.

Meski ukurannya tak sebesar Masjid Agung Bursa (Uu Cami), Green Mosque menghadirkan keindahan tersendiri, masjid ini menampilakn peralihan seni bina bangunan dari era Seljuk Turki ke Era Usmaniyah-Turki dengan kubah besar dan menara tinggi yang dikemudian hari menjadi ciri khas bangunan masjid Emperium Usmaniyah. Green Mosque mulai dibangun tahun 1419 dan selesai tahun 1421 dimasa pemerintahan Sultan Celebi Mehmet.

Green Mosque (Yesil Cami)
Yeşil 16360 Yıldırım/Bursa, Turki


Pembangunan Masjid Yesil (Green Mosque) Bursa

Yesil Cami dibangun oleh arsitek Hacı Ivaz Pasha atas perintah dari Sultan Celebi Mehmet antara tahun 1419 hingga tahun 1421. Bangunan masjid Yesil dihias dengan beraneka ragam ornament yang dibuat secara hand made oleh para pelukis ternama dimasanya termasuk pelukis Haci Ali, Ilyas Ali. Serta seorang seniman ternama bernama Mehmet Mecnun yang melengkapi keindahan masjid ini dengan kemegahan karya keramik lukisnya yang dibuat khusus untuk masjid ini. Selain masjid dikomplek masjid Yesil juga terdapat Maosoleum (bangunan makam) yang berada diseberang jalan dari masjid, lalu juga ada Bangunan Madrasah dan Hamam (pemandian khas Turki)

Keramik Hias Buatan Tangan

Seperti disebutkan di awal tadi bahwa penamaan masjid ini terkait dengan ornamen interior nya yang didominasi warna hijau dari ribuan keeping keramik buatan tangan dari para seniman ternama pada masa itu. Mihrab Masjid Yesil cukup tinggi hingga mencapai 10 meter, rancangan nya sudah menggunakan bentuk cerukan ke dalam tembok dengan ornamen Muqornas (sarang lebah menggantung seperti staklaktit) di sisi atasnya, namun tanpa dilengkapi dengan dua pilar besar di sisi kiri dan kanannya seperti pada masjid masjid Usmaniyah yang dibangun kemudian.

Interior serba hijau di masjid ini yang kemudian menjadi namanya. ada seperangkat pancuran dari terbuat dari batu granit ditengah ruangan masjid ini.

Mihrab Masjid Yesil menampilkan salah satu contoh terbaik dari keindahan keramik hias buatan tangan, sama halnya dengan sebagian besar dari masjid ini juga dihias dengan keramik sejenis sehingga keramik keramik ini menjadi sesuatu yang istimewa dan pembeda masjid ini dengan masjid masjid tua era Usmaniyah lainnya. Area khusus untuk Muazin (Mehfil) termasuk juga area khusus untuk Sultan juga dihias dengan keramik buatan tangan. pada area khusus untuk Sultan keramik yang digunakan bermotif bunga. Dengan begitu banyaknya keramik buatan tangan dimasjid ini menjadikannya sebuah mahakarya dari para seniman keramik pada masa itu.

Berdenah Hurup “T” Terbalik

Keunikan lainnya dari Masjid Yesil di Bursa ini adalah denah bangunannya yang tak biasa. Denah bangunan masjid Yesil berbentuk hurup “T “ terbalik, sehingga secara artifisial membagi ruang sholat di dalam masjid ini menjadi tiga bagian, yakni ruang utama disekitar mihrab dan mimbar kemudian ruangan di sayap kiri dan ruangan di sayap kanan. sedangkan di bagian tengahnya ditempatkan satu pancuran yang berfungsi sebagai tempat berwudhu dari bahan baru pualam.

Mihrab dan mimbar Masjid Yesil Cami Bursa

Untuk penerangan ruangan masjid di sisi mihrab dilengkapi dengan empat pintu yang dibuat menjorok jauh ke dalam tembok dan dilengkapi dengan teralis. dua jendela disisi kiri dan kanan mihrab sedangkan dua jendela lainnya diletakkan di sisi kiri dan kanan ruangan. Jendela jendela ini dihias dengan ukiran batu marmer yang menyajikan ukiran seperti tulisan tulisan tangan yang belum selesai.

Perlu di ingat bahwa arah kiblat sholat dinegara negara Eropa termasuk Turki, arah kiblat sholatnya tidak mengarah ke barat seperti kita di Indonseia tapi mengarah ke selatan, karena wilayah Turki berada di sebelah utara Ka’bah. Dengan demikian fasad atau sisi depan masjid ini berada di sebelah utara bangunan sedangkan sisi mihrabnya berada di sisi selatan. Fasad Masjid Yesil dibuat dari batu batu pualam.

Khusus untuk pintu masuk utamanya dibangunsebagai sebuah gapura besar berbentuk cerukan ke dalam dari bahan marmer dengan ukiran Muqornas di sisi atasnya. Butuh waktu hingga tiga tahun untuk menyelesaikan seluruh ukiran muqornas yang begitu rumit dan ornament lainnya pada gapura di pintu masuk utama Masjid Yesil ini.

Ukiran dan muqornas pada gapura pintu masuk masjid Yesil Cami Bursa.

Tidak ada komunitas masyarakat ataupun perkantoran pemerintahan dari era Usmaniyah ditempat masjid ini berdiri, konon hal tersebut terjadi karena masjid ini sendiri sempat terbengkalai pembangunannya karena wafatnya Sultan Celebi Mehmet pada saat pembangunan masjid sedang berjalan dan belum selesai. Menaranya sendiri baru dibangun pada abad ke 19. Ada juga yang menyatakan bahwa Masjid ini kemudian dijadikan semacam Masjidl Konsul Negara Usmaniyah pada masa itu.

Masjid Yesil sempat mengalami kerusakan akibat gempa bumi di tahun 1855 namun sudah diperbaiki dimasa Gubernur Bursa dijabat oleh Ahmet Vefik Pasha, beliau menunjuk seniman Prancis Léon Parvillée, untuk memulihkan masjid tersebut sesuai aslinya meskipun tidak seratus persen dari bangunan awal, namun Léon Parvillée yang memang terkenal sangat memahami arsitektur Usmani berhasil memulihkan sebagian besar bangunan masjid Yesil ke kondisi aslinya sebelum terjadi kerusakan. 

Maosoleum, Madrasah dan Hamam

Di komplek Masjid Yesil ini selain masjid juga terdapat komplek Makam Sultan Sultan Çelebi Mehmet dan keluarganya di dalam sebuah Maosoleum lokasi berada di seberang jalan dari Masjid Yesil. Seperti masjidnya, mausoleum ini pun di dominasi warna hijau sehingga disebut sebagai Green mausoleum dan sama sama dirancang oleh arsitek is skilful artist Haci Ivaz Pasha. Bangunannya berdenah octagonal di bagian dalamnya juga dihias dengan satu mihrab berukuran kecil, mungkin sekedar penunjuk arah kiblat dan penghias ruangan, karena toh mausoleum bukanlah tempat sholat.

Pintu masuk utama masjid Yesil Cami. butuh waktu 3 tahun untuk menyelesaikan ukiran rumit pada gerbang pintu masuk ini.

Maosoleum ini memang dibangun untuk Sultan dan keluarganya sehingga proses pembangunannya sangat detik dan apik termasuk semua fitur seni nya memiliki keindahan yang menawan. Di dalam area utama Maosoleum ini terdapat makam dari Sultan Çelebi Mehmet, kemudian makam putranya Mustafa, Mahmud dan Yusuf serta makam putrinya yang bernama Selçuk Hatun, Sitti Hatun dan Ayse Hatun serta makam pengasuh Sultan Çelebi Mehmet yang bernama Daya Hatun.

Masjid Yesil juga dilengkapi dengan Madrasah yang letaknya sekitar 100 meter dari masjid, Madrasah Sultaniye begitu namanya. bangunan madrasahnya dikelilingi dengan pelataran dan gazebo berkubah. Madrasah ini dilengkapi dengan pusat pembelajaran dan ruangan untuk para siswa. di tengah tengah halaman-nya terdapat sebuah kolam dengan pancuran yang dibuat dari batu marmer. Dulunya disekitar masjid Yesil juga terdapat pemandian umum khas Turki (Hamam) namun kini sudah tidak ada lagi berganti menjadi pusat perdagangan. Seperti halnya masjid Agung Bursa, Masjid Yesil Cami atau Green Mosque ini juga menjadi salah satu destinasi wisata pavorit di Bursa.

Paralelisasi Sejarah

Tahun 1419, Bila sejajarkan dengan sejarah Indonesia, Usia Masjid Yesil (Blue Mosque) di kota Bursa ini lebih muda 5 tahun dibandingkan dengan Masjid Tua Wapauwe yang sudah lebih dulu dibangun tahun 1414 di Maluku. Pada saat pembangunan masjid Yesil ini dimulai tahun 1419, bersamaan dengan tahun wafatnya Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim di Jawa Timur. Sementara di wilayah barat pulau Jawa sedang berada dibawah kekuasaan Kerajaan Pajajaran dengan Prabu Siliwangi sebagai Maharajanya.

Ruangan dalam Masjid Yesil Cami ke arah pintu masuk utama.

Di tahun 1420 pada saat masjid Yesil di Bursa menjelang penyelesaian ahir, di pelabuhan Muara Jati (kini Cirebon) datanglah serombongan pedagang Islam dari Baghdad yang dipimpin Syekh Idlofi Mahdi. Oleh Ki Surawijaya penguasa disana kala itu, Syekh Idlofi diijinkan menetap dan tinggal di kampung Pasambangan yang terletak di Gunung Jati. Disana beliau mulai berdakwah, dan ajaran Islam berkembang begitu cepat.

Itulah awal mula Gunung Jati sebagai Pangguron Islam. Muridnya diantaranya adalah Raden Walangsungsang dan adiknya, Ratu Rarasantang, serta istrinya Nyi Endang Geulis. Raden Walangsungsang dan Ratu Rara Santang adalah anak dari Prabu Siliwangi dari Istrinya yang bernama Subang Larang.***

1 komentar:

  1. Terima kasih infonya.. saya sedang menulis tentang masjid hijau ini, ijinkan saya untuk mengambil beberapa informasi dari tulisan anda.

    BalasHapus

Dilarang berkomentar berbau SARA